Bahasa Indonesia Dan Sejarahnya




Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia berdasarkan kemunculannya merupakan suatu varian paling mutakhir dari bahasa melayu. Aksara pertama dari bahasa melayu atau yang dikenal juga dengan nama bahasa jawi ditemukan diwilayah pesisir tenggara Pulau Sumetara. Jika ditalikan dengan sejarah nasional Indonesia, hal ini mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar dari pesisir tenggara pulau sumatera berkat penggunaannya yang dilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya. Istilah Melayu juga merupakan peninggalan dari kerajaan yang berada di pulau Sumatera bagian tengah. seperti kerajaan yang berlokasi di seputaran sungai Batang Hari, Pengelompokan bahasa Melayu bisa ditelusuri dengan bahasa Melayu kental atau bahasa Melayu tinggi dan bahasa Melayu Biasa. Penguasaan Bahasa Belanda dikalangan pegawsai rendah atau pegawai pribumi pada masa penjajahan Belanda sangat lemah.

Baca Juga : Sistem Demokrasi, Penjelasan Secara Sederhana

Oleh karena itu dibutuhkan satu bahasa khusus yang bisa dipahami oleh mayoritas masyarkat diwilayah Hindia Belanda. Bahasa Melayu kemudian menjadi suatu pilihan logis bagi pemerintah Belanda disebabkan luasnya pemakai bahasa ini. Bahasa Melayu menjadi jadi jalan bagi peneliti berkeangsaan Belanda untuk melakukan kajian mengenai beberapa kebudayaan lokal. Sehingga bisa dikatakan bahwa yang memperkenalkan embrio bahasa Melayu sebagai Bahasa Nasional Indonesia adalah pemerintah Belanda sendiri. 

Baca Juga : Sejarah Makassar Dari Penulisan Francois Valentj

Bahasa Melayu yang kemudian dituliskan mulai mendapatkan pembakuan pada abad ke-20 dengan mengadopsi ejaan Van Ophuijsen oleh Belanda tepatnya pada tahun 1902 bagi bahasa Melayu yang digunakan di Indonesia. Sementara itu, Persekutuan Tanah Melayu atau yang dikemudian hari menjadi negara Malaysia mengadopsi ejaan Wilkinson. Salah satu langkah Belanda Mempromosikan bahasa Melayu adalah pendirian Commissie voor de Volkslectur atau Taman Baca Rakyat. Lembaga inilah yang kemudian menjadi Balai Pustaka pada tahun 1917. Kemunculan Balai Pustaka ini yang mendorong terbitnya buku - buku seperti Siti Nurbaya, Salah Asuhan, buku - buku penuntun bercocok tanam dan buku - buku kesehatan. Semua buku diterbitkan oleh Balai Pustaka menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantarnya.

Baca Juga : Pengertian Budaya Secara Sederhana

Perkembangan Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang sudah terlepas dari bahasa pendahulunya (bahasa Melayu) diakui secara resmi pada saat terjadinya kongres Pemuda ke - II pada tanggal 28 Oktober 1928. Momen ini di dokumentasikan dalam sebuah kejadian bersejarah yaitu Sumpah Pemuda pada butir ketiga yang berbunyi "Kami Putra dan Putri Indonesia Menjunjung Bahasa Persatuan, Bahasa Indonesia." Sementara itu secara Yuridis Bahasa Indonesia baru diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehari setelah Kemerdakaan Indonesia diproklamirkan. Tanpa bisa ditolak, perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia dimasa-masa berikutnya banyak dipengaruhi oleh sastrawan dari minangkabau, seperti Adam Malik, Marah Rusli, Sutan Takdir Alisyahbana, Chairil Anwar, Roestam Effendi, Hamka dan lainnya. Secara teoritis, para sastrawanlah yang memiliki andil paling besar dalam mengembangkan dan menambah pembendaharaan kata yang bersifat morfologis, dan begitu juga sintakis dalam bahasa Indonesia. 

Baca Juga : Mahar Bugis ( Dui Pappenre )

Pada masa setelah reformasi, tahun 2008 dipenuhi dengan kegiatan kebahasaan dan kesusastraan, sehingga pemerintah secara resmi mencanangkan tahun 2008 sebagai Tahun Bahasa. Pada tahun itu jugalah diadakan kongres IX Bahasa Indonesia sebagai bentuk 80 tahun Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2008 - 1 November 2008 di Jakarta. Ada lima hal pokok yang dibahas dalam kongres ini, yaitu : Bahasa Indonesia, penggunaan bahasa asing, bahasa daerah, pengajaran bahasa dan sastra, serta bahasa media massa. Kongres ini merupakan kongres dengan level internasional dengan mengundang pembicara dari dalam dan luar negeri.

Comments

Popular posts from this blog

APPABOTTINGENG RI TANAH UGI II( PERKAWINAN DI TANAH BUGIS )

Mahar Bugis ( Dui Pappenre )

FILSAFAT ORANG BUGIS SEBELUM MERANTAU ( TIGA UJUNG )